GELORA.CO - Kepolisian Resor (Polres) Ketapang memberikan tanggapan terkait insiden keributan yang melibatkan WNA asal China di kawasan perusahaan tambang emas PT Sultan Rafli Mandiri (PT SRM). Meski kabar mengenai penyerangan dan perusakan aset tersebut telah beredar luas, pihak kepolisian menyatakan belum menerima aduan secara formal. Peristiwa ketegangan tersebut dilaporkan terjadi di Desa Pemuatan Batu, Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, pada Minggu (14/12/2025). Sekelompok warga asing diduga melakukan aksi anarkis dengan menyerang petugas keamanan perusahaan dan personel TNI. Kapolres Ketapang, AKBP Muhammad Harris, menjelaskan situasi terkini penanganan kasus tersebut pada Senin (15/12) pagi. Ia menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada pihak yang melayangkan laporan polisi (LP) terkait kejadian tersebut. Kendati demikian, aparat kepolisian dari sektor setempat telah bergerak cepat dengan mendatangi lokasi untuk memantau situasi dan melakukan pengecekan awal. “Penerimaan laporan resmi belum ada. Namun anggota Polsek kemarin sudah sempat ke lokasi untuk cek TKP,” ujar Kapolres Ketapang saat dikonfirmasi. Sebelumnya, Chief Security PT SRM, Imran Kurniawan, membenarkan adanya insiden yang terjadi pada Minggu sore sekitar pukul 15.30 WIB. Kericuhan dipicu oleh aktivitas penerbangan drone ilegal di area perusahaan yang kemudian berujung pada pengejaran. Kelompok WNA asal China tersebut dilaporkan melengkapi diri dengan berbagai senjata, mulai dari senjata tajam (sajam), alat setrum, hingga senjata jenis airsoft gun. Akibatnya, aset kendaraan perusahaan mengalami kerusakan dan petugas keamanan serta personel TNI sempat mendapatkan serangan. Menyikapi simpang siurnya informasi yang berkembang, Kapolres Ketapang memastikan pihaknya terus bekerja untuk mendalami fakta di lapangan. “Sebagai tindaklanjut, saat ini kami masih melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengklarifikasi kebenaran berita atau informasi dari kejadian tersebut,” pungkasnya. Sumber: faktakalbar