IG Story Yudo Sadewa Sebut Tahun Baru dan Natal Haram, Respons Warganet Mengalir Deras

GELORA.CO - Yudo Sadewa, putra Menteri Keuangan Purbaya, kembali menjadi sorotan publik setelah pernyataannya di Instagram Story ramai diperbincangkan. Dalam unggahan tersebut, Yudo menyebut bahwa perayaan tahun baru dan Natal termasuk perbuatan yang haram menurut pandangan agama Islam. Pernyataan itu langsung menyebar luas di media sosial dan memantik beragam reaksi. Bahkan, sebagian respons datang dari pengikut akun Instagram Yudo sendiri yang menilai narasi tersebut berpotensi memicu polemik. Dalam unggahannya, Yudo menjelaskan bahwa yang dimaksud “merayakan” adalah ikut dalam rangkaian upacara atau ibadah agama lain. Ia menegaskan bahwa mengucapkan selamat dinilai masih diperbolehkan sebagai bentuk toleransi. “‘Merayakan’ konteks di sini artinya kalian ikut dalam upacara atau ibadah agama lain. Kalau hanya sekadar mengucapkan selamat, itu tentu dibolehkan karena bentuk toleransi,” tulis Yudo dalam salah satu Instagram Story-nya. Singgung Referensi Agama Yudo juga mencantumkan rujukan keagamaan untuk memperkuat pendapatnya. Ia menyebut pandangannya merujuk pada Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 43. Selain itu, putra Menteri Keuangan Purbaya itu menuliskan bahwa perayaan tahun baru disebutnya berasal dari tradisi agama Zoroaster atau Majusi. “Oh iya guys, merayakan tahun baru itu haram ya. Itu perayaan agama Zoroaster (Majusi). Sama seperti Natal, kalian hanya boleh mengucapkan selamat saja, tidak boleh merayakan,” tulisnya. Namun, unggahan tersebut justru memicu diskusi panas di kolom balasan story. Sejumlah warganet mempertanyakan konteks dan relevansi pernyataan itu dengan kondisi Indonesia yang majemuk. Warganet Terbelah, Ada yang Menilai Provokatif Sebagian pengikut Yudo menyatakan dukungan dan menilai unggahan itu sebagai pengingat dalam menjalankan ajaran agama. Di sisi lain, tak sedikit yang mengkritik dan mengingatkan soal pentingnya menjaga harmoni antarumat beragama. “Jangan coba-coba memecah belah Indonesia. Di sini ada lima agama yang harus saling menghormati,” tulis salah satu warganet dalam balasan unggahan. Ada pula yang menilai bahwa perayaan tersebut merupakan ranah keyakinan masing-masing. “Agama Majusi setahu saya tidak ada di Indonesia. Itu konteksnya khusus Islam saja, yang lain boleh merayakan,” tulis warganet lainnya. Di unggahan lanjutan, Yudo mengaku sempat menghapus salah satu kontennya karena khawatir disalahartikan. Hingga kini, pernyataannya masih menjadi perbincangan dan menambah daftar polemik yang berawal dari unggahan media sosial figur publik.**