Viral Aksi Tak Pantas Gus Elham Ciumi Anak Perempuan, Psikolog Klinis Sebut Berbahaya

GELORA.CO - Psikolog klinis Debby Julia menanggapi aksi tak pantas terhadap anak kecil yang dilakukan Muhammad Elham Yahya Luqman alias Gus Elham Yahya. Gus Elham Yahya jadi sorotan setelah video dirinya berkali-kali mencium pipi hingga bibir anak perempuan di depan umum beredar viral di media sosial. Bahkan, aksi tersebut dilakukan Gus Elham Yahya di panggung pengajian. Sejumlah pihak pun mengecam pengurus MT Ibadallah tersebut, sebab meski diklaim sebagai kedekatan dengan anak-anak, tindakannya dinilai menjurus ke arah pelecehan. Gus Elham sendiri dikenal sebagai pendakwah muda sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al Ikhlas 2 yang berlokasi di Desa Kaliboto, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Ia saat ini berusia 24 tahun, belum menikah maupun memiliki anak, serta merupakan putra KH. Luqman Arifin Dhofir, pengasuh Pondok Pesantren Al Ikhlas 1. Tindakan Berbahaya Menurut Debby, tindakan Gus Elham terbilang berbahaya jika dipandang dari perspektif psikologi. Apalagi, tindakan mencium anak dilakukannya tanpa izin atau consent, dan di ruang publik. Ada dampak psikologis yang dialami anak jika mengalami hal tersebut. Hal tersebut disampaikan Debby saat menjadi narasumber dalam program Zoom In yang diunggah di kanal YouTube Official iNews, Rabu (12/11/2025). "Dari perspektif psikologi sendiri, apakah ini adalah suatu tindakan yang berbahaya? Nah, ini sebenarnya adalah satu tindakan yang cukup berbahaya," kata Debby. "Jadi mencium anak tanpa izin, terlebih ini di ruang publik gitu ya, bisa dilihat oleh semua orang, tetap dapat menimbulkan dampak psikologis pada anak, gitu." Debby pun menjelaskan, dampak psikologis yang dialami anak bisa berupa perasaan tidak nyaman hingga kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Sebab, anak belum bisa membedakan niat orang dewasa, apakah niat itu baik atau tidak Bahkan, tindakan Gus Elham Yahya bisa berisiko lebih berat, yakni menormalisasi pelanggaran batas pribadi atau personal boundary. Personal boundary sendiri merupakan batasan yang diciptakan terkait bagaimana orang lain boleh memperlakukan kita, untuk memberikan kenyamanan pada diri sendiri. Batasan tersebut bisa berupa batasan fisik, seksual, hingga emosional. "Jadi, karena anak belum memahami konteks atau niat orang dewasa meskipun itu niat baik, tapi sebenarnya tubuh mereka ini memiliki memori emosional," terang Debby. "Kalau misalnya disentuh tanpa persetujuan gitu, pastinya mereka akan merasa bingung, enggak nyaman atau bahkan kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri." "Jadi walaupun tidak ada niat jahat, hal ini akan tetap berisiko karena dapat menormalisasi pelanggaran batas pribadi sejak dini." Debby melanjutkan, dampak jangka panjang dari tindakan tak pantas terhadap anak adalah rendahnya kesadaran atas hak tubuh. Bahkan, anak bisa semakin berisiko menjadi pelaku maupun korban tindakan tak pantas di masa yang akan datang. "Dampak panjangnya sendiri yang pasti, rendahnya kesadaran terhadap hak tubuh," jelas Debby. "Nah, ini juga bisa akan meningkatkan risiko anak menjadi korban atau bahkan pelaku di masa depannya." Selain itu, Debby menilai, tindakan tak pantas tersebut juga berisiko menyebabkan turunnya kepercayaan diri sang anak, karena kehilangan perasaan nyaman dan memiliki hak untuk merasa aman atau dihargai. "Jadi, lebih luasnya lagi mungkin karena anak merasa tidak nyaman, merasa tidak dihargai, merasa tidak memiliki hak, merasa aman dan nyaman, tentunya bisa jadi percaya dirinya jadi turun," kata Debby Sumber: Tribunnews