GMKI: Presiden Prabowo Harus Ganti Pejabat Lalai

GMKI: Presiden Prabowo Harus Ganti Pejabat Lalai

GELORA.CO -Situasi politik dan sosial sudah mencekam di seluruh wilayah Indonesia. Ribuan massa aksi dari elemen masyarakat marah dan turun ke jalan dan saling berbenturan antara masyarakat dan aparat yang menyebabkan korban jiwa. Ketua Umum PP Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Prima Surbakti mengatakan, rakyat kecewa terhadap keputusan DPR yang tidak pro terhadap kepentingan rakyat. "Pernyataan pejabat yang menyakiti rakyat, tunjangan fantastis DPR, pajak naik adalah akar dari kemarahan rakyat," kata Prima melalui keterangan elektroniknya di Jakarta, Minggu 31 Agustus 2025. Selain itu, PP GMKI meminta Presiden Prabowo Subianto mengambil tindakan untuk mengendalikan keamanan dan kondusifitas masyarakat dan bertanggung jawab penuh atas kerusuhan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia. "Periksa dan usut tuntas aparat penegak hukum dan ganti pejabat yang lalai menjalankan tugasnya," kata Prima. PP GMKI juga menuntut agar kasus kematian driver ojek online (ojol) Affan Kurniawan segera diusut tuntas dan diperiksa secara transparan oleh kepolisian. "Tidak boleh ada ditutupi apapun. Polri harus transparan dan terbuka untuk publik atas meninggalnya Affan," kata Prima. "Aksi massa ini adalah alarm bagi pemerintah dan DPR bahwa kekuasaan sejati ada di tangan rakyat," sambungnya. Sumber: RMOL

Rumah Sahroni hingga Uya Kuya Dijarah Massa, Giliran Nafa Urbach Rilis Video Permintaan Maaf

Rumah Sahroni hingga Uya Kuya Dijarah Massa, Giliran Nafa Urbach Rilis Video Permintaan Maaf

GELORA.CO - Artis sekaligus anggota DPR RI, Nafa Urbach, merilis video permohonan maaf di akun Instagram pribadinya pada Sabtu tengah malam, 30 Agustus 2025. Video tersebut muncul setelah rumah dua rekan sesama anggota DPR, Sahroni, Eko Patrio dan Uya Kuya, dijarah massa buntut kemarahan publik atas pernyataan dan perilaku sejumlah wakil rakyat yang dianggap tidak sensitif terhadap kondisi masyarakat. Dalam video berdurasi sekitar satu menit itu, Nafa Urbach tampak emosional. Suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca saat menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada masyarakat Indonesia. "Selamat malam, dengan segala kerendahan hati dan hormat begitu besar untuk masyarakat Indonesia," ucap Nafa di awal video dengan nada lirih. "Saya, Nafa Indria Urbach, meminta maaf yang sebesar-besarnya atas setiap perkataan yang keluar dari mulut saya yang menyakiti hati masyarakat Indonesia," lanjutnya sambil menunduk. Nafa berharap masyarakat bisa membuka hati untuk memaafkan kekhilafannya. Ia menyadari bahwa pernyataannya telah menimbulkan keresahan dan menyakiti banyak pihak. "Kiranya ada pintu maaf yang besar untuk saya dimaafkan," katanya. "Sekali lagi, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Indonesia," imbuhnya mengakhiri. Permintaan maaf tersebut datang setelah Nafa menjadi sorotan publik usai pernyataannya yang mendukung penuh kenaikan tunjangan anggota DPR RI. Ia menyatakan bahwa tunjangan rumah sebesar Rp50 juta per bulan adalah sesuatu yang wajar agar para anggota dewan bisa tinggal lebih dekat dengan Gedung DPR. Menurut Nafa, ia kerap mengalami kemacetan parah ketika harus menempuh perjalanan dari rumahnya di kawasan Bintaro menuju Senayan. Hal ini disebutnya sebagai hambatan dalam menjalankan tugas sebagai wakil rakyat. Namun, pernyataan itu justru memicu kemarahan publik. Banyak yang menilai komentar Nafa tidak menunjukkan empati terhadap kondisi rakyat yang sedang menghadapi tekanan ekonomi. Di media sosial, nama Nafa Urbach pun langsung menjadi trending topic, disertai kritik tajam dan tuntutan agar ia mundur dari jabatannya. Beberapa warganet bahkan membandingkan keluhan Nafa dengan realitas masyarakat biasa yang harus menghadapi kemacetan, transportasi umum yang padat, serta beban ekonomi yang jauh lebih berat, tanpa tunjangan atau fasilitas istimewa. Sumber: suara