
Andi Azwan Pasang Badan, Tolak Sebut Jokowi Paksakan Proyek Whoosh, padahal Utang Rp116 Triliun
GELORA.CO - Wakil Ketua Umum Jokowi Mania (JoMan), Andi Azwan, pasang badan membela Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang disebut memaksakan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Proyek KCJB dikenal juga dengan nama Whoosh, merupakan proyek infrastruktur strategis nasional yang digagas pada era Jokowi. Proyek ini resmi dimulai pada 2016 melalui Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 dan mulai beroperasi pada Oktober 2023. Pengelola proyek Whoosh adalah PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia (60 persen saham melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia/PSBI) dan konsorsium China (40 persen saham melalui Beijing Yawan HSR Co Ltd). Adapun PSBI sendiri dipimpin oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) dengan porsi saham 58,5 persen, diikuti Wijaya Karya (33,4 persen), PT Jasa Marga (7,1 persen), dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII (1,03 persen). Namun, proyek Whoosh saat ini menuai sorotan lantaran utangnya yang mencapai Rp116 triliun menjadi beban berat bagi BUMN Indonesia, terutama PT KAI sebagai pemimpin konsorsium. Nama Jokowi pun terseret, dan disebut-sebut memaksakan proyek tersebut untuk dijalankan meski sejumlah pihak sudah memberikan peringatan. Adapun peringatan sudah dilontarkan oleh pengamat kebijakan publik Agus Pambagio dan Mantan Menteri Perhubungan RI (Menhub), Ignasius Jonan. Kata Loyalis Jokowi, Proyek Whoosh Bukan Dipaksakan Terkini, Andi Azwan yang notabene loyalis Jokowi, menyebut bahwa istilah 'dipaksakan' tidak tepat untuk menggambarkan pembangunan proyek Whoosh yang digagas Jokowi. Menurutnya, proyek kereta cepat tersebut, sudah menjadi kesepakatan Jokowi selaku presiden RI saat itu dengan Dewan Perwakilan Rakyat RI (DPR). "Saya rasa bukanlah dipaksakan. Saya rasa ini sudah merupakan kesepakatan bersama antara Presiden dengan DPR juga," kata Andi, dikutip dari tayangan iNews Room yang diunggah pada Kamis (16/10/2025). "Kan tidak mungkin ada suatu project besar yang menggunakan dana-dana dari masyarakat, itu tidak dibicarakan dengan partnernya, DPR, dan itu sudah suatu kesepakatan bersama." "Prosesnya juga kan tadinya kan B2B, busines to business, yang mestinya memang harus dilanjutkan secara demikian." Kemudian, Andi Azwan menyatakan dukungan kepada Menteri Keuangan RI Purbaya Yudhi Sadewa yang menolak pembayaran utang proyek Whoosh dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Saya juga mendukunglah apa yang dikatakan Pak Purbaya, kalau ada utang, ya bukan masyarakat yang menanggung, APBN... tapi perusahaanlah dan Danantara sebagai pemilik BUMN seharusnya bisa mencari solusi tentang hal itu," ujar Andi. Selanjutnya, Andi Azwan berdalih bahwa proyek Whoosh bukanlah proyek yang menguntungkan dalam waktu dekat. Ia mengamini bahwa di seluruh dunia, proyek kereta api cepat pasti merugi. Namun, Andi bersikukuh bahwa proyek KCJB ini dibangun demi kemaslahatan masyarakat. "Kalau kita melihat, proyek ini bukan proyek yang katakanlah menguntungkan dalam jangka waktu dekat ya. Di mana-mana pun di dunia itu proyek kereta api cepat pasti akan merugi," beber Andi. "Tapi kan yang dilihat itu bagaimana sih kemaslahatannya buat masyarakat di beberapa kota yang dilalui oleh kereta cepat tersebut." "Itu sangat penting karena itu adalah pemerataan pembangunan juga." Andi Azwan menilai, pemerintah tetap harus mencari jalan keluar untuk mengatasi besarnya utang Whoosh yang mencapai Rp116 triliun. "Biar bagaimanapun sekarang, kalau dikatakan utangnya sampai Rp116 triliun, mungkin harus dicarikan jalannya," ujar Andi. "Pertama, yaitu dengan mengadakan renegosiasi mengenai bunga utang itu kepada pihak partner dari PT KCIC, PT PSBI, dengan pihak dari partnernya dengan Cina." "Kedua, harus ada inovasi atau kreativitas dalam penjualannya. Karena selama ini kan penjualan targetnya kan 30.000 penumpang per hari. Tapi yang terpenuhi baru setengahnya." "Hanya hanya hanya fixed season aja bisa mencapai sampai 20.000 orang per hari. Nah, ini perlu diperhitungkan juga ada inovasi-inovasi oleh PT PSBI dengan pemerintah." Bom Waktu Utang Whoosh Utang proyek Whoosh dinilai bagai bom waktu, membawa beban yang membuat PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan konsorsium BUMN yang terlibat kewalahan menanggung kerugian. Proyek yang resmi beroperasi sejak 2 Oktober 2023 ini mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp19,54 triliun, dari biaya awal yang direncanakan 6,07 miliar dollar AS. Sehingga, total investasi proyek Whoosh mencapai 7,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp116 triliun. Untuk membiayai investasi 7,2 miliar dollar AS ini, 75 persen di antaranya didapat dari pinjaman China Development Bank. Sementara sisanya berasal dari setoran modal pemegang saham, yaitu PT KCIC yang merupakan gabungan dari PSBI (60 persen) dan Beijing Yawan HSR Co Ltd (40 persen). Whoosh, yang notabene merupakan program yang dibangga-banggakan oleh Jokowi ini pun memberikan tekanan besar terhadap kinerja keuangan PT KAI (Persero). Utang untuk pembiayaan proyek Whoosh membuat PSBI mencatat kerugian senilai Rp1,63 triliun pada semester I-2025. Lebih lanjut, nilai rugi bersih PSBI yang dikontribusikan ke PT KAI mencapai Rp951,5 miliar per Juni 2025. Sehingga, PT KAI (Persero) selaku pemegang saham terbesar dari konsorsium PSBI terpaksa menanggung beban yang begitu berat, baik dalam bentuk biaya operasional kereta cepat maupun pengembalian utang. Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin bahkan menyebut besar utang proyek Whoosh ini bagai bom waktu, sehingga pihaknya akan melakukan koordinasi dengan BPI Danantara untuk menanganinya. “Kami akan koordinasi dengan Danantara untuk masalah KCIC ini, terutama kami dalami juga. Ini bom waktu,” ujar Bobby dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/8/2025 Sumber: Tribunnews