Gedung DPRD Kota Makassar Terbakar: 4 Tewas, 87 Mobil Tinggal Bangkai

Gedung DPRD Kota Makassar Terbakar: 4 Tewas, 87 Mobil Tinggal Bangkai

GELORA.CO - Sisa kebakaran gedung DPRD Makassar di Jl AP Pettarani, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) Sabtu (30/8/2025) pagi, menjadi tontonan warga. Ruang kerja 50 wakil rakyat itu kini tinggal puing. Gedung yang sebelumnya berwana putih itu berubah jadi abu-abu. Tersisa rangka beton. Masih ada sisa plang tulisan ‘Kantor Perwakilan Rakyat Kota Makassar’ Warga ramai-ramai datang merekam dan mengambil foto gedung. Tidak sedikit selfie dan setting siaran langsung dari lokasi. Sebagian warga bahkan terlihat berolahraga di sekitar lokasi sambil menyaksikan sisa kebakaran. 87 unit mobil dinas dan pribadi yang terparkir di area kantor dewan hangus terbakar hingga 97 persen. Tidak ada satu pun kendaraan yang bisa diselamatkan dari amukan api. Puing-puing sisa kebakaran kini berserakan di sekitar halaman gedung DPRD Makassar. Korban Tewas Korban meninggal dunia adalah Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Kecamatan Ujung Tanah, Syaiful (43), anggota Satpol PP ⁠Budi Haryadi (30), Fotografer Humas DPRD Muhammad Akbar Basri alias Abay dan staf Anggota DPRD Andi Tenri Uji, Sarinawati (26). Syaiful dan Budi Haryadi meninggal usai lompat dari lantai 4 atau atap gedung DPRD Makassar. Keduanya mencoba menyelamatkan diri ditengah kepungan asap dan api yang sudah mencapai puncak gedung. Namun nahas, keduanya tak selamat. Saiful meninggal di RS Grestelina meski petugas medis berusaha menyelamatkan. Sementara Budi Haryadi meninggal di Rumah Sakit Primaya. Sementara Abay dan Sarinawati ditemukan tak bernyawa di TKP. Keduanya berada di ruangan yang sama saat kejadian, tepat di salah satu ruangan yang ada di lantai 3 DPRD Makassar. Keduanya bersembunyi saat massa merengsek masuk dan menjajal ruangan gedung tersebut. Jenazah korban dibawa ke RS Bhayangkara, dan telah dipulangkan ke rumah duka. Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin telah melayat ke rumah duka, Abay. Munafri tiba di rumah duka yang berlokasi di Jalan Balang Baru II, Kecamatan Tamalate, Sabtu (30/8/2025) sekitar pukul 06.45 WITA. Ia didampingi Sekda Makassar Andi Zulkifly Nanda, serta Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Makassar, Muhammad Roem. Selain itu, Munafri juga rencana melayat ke rumah duka korban lainya meninggal dunia atas insiden tersebut. Korban masih dirawat ⁠Heriyanto (28) Luka Berat/melompat dari lt 3) dirujuk ke RS Grestelina Sahabuddin (45) luka sedang/Nyeri dibagian pinggul akibat melompat lt 2, dirujuk ke RS Hermina. ⁠Arif Rahman Hakim (28) luka sedang/Terkena Lemparan Batu) dirujuk ke RS Grestelina ⁠Agung Setiawan (32) luka sedang/korban merasakan sakit dibagian punggung) dirujuk ke RS Hermina. Sumber: tribunnews

Kantor DPRD Solo Dibakar, Warga Tionghoa Takut Peristiwa 98 Terulang: Banyak Teman Sampai Sekarang Masih Tidur Bawa Pedang

Kantor DPRD Solo Dibakar, Warga Tionghoa Takut Peristiwa 98 Terulang: Banyak Teman Sampai Sekarang Masih Tidur Bawa Pedang

GELORA.CO - Luka lama kembali terusik. Kota Bengawan yang selama ini dikenal damai mendadak diguncang aksi anarkisme pada Jumat (29/8) malam hingga Sabtu (30/8) dini hari. Amukan massa yang berujung perusakan fasilitas umum dan pembakaran Kantor DPRD Kota Solo membuat banyak tokoh masyarakat angkat bicara. Mereka menyerukan pesan damai dan mengingatkan agar Solo tidak kembali terjerumus ke dalam kegelapan seperti Mei 1998. Tokoh Tionghoa Solo, Sumartono Hadinoto, dengan nada prihatin menegaskan bahwa kerusuhan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Menurutnya, aksi anarkisme hanya akan memperburuk keadaan dan membuat masyarakat kecil menjadi korban. “Ya tentu kami sangat prihatin dengan apa yang terjadi di Solo malam tadi. Semoga ini menjadi yang terakhir, tidak semakin melebar seperti tragedi Mei 1998. Saya mengajak masyarakat Kota Solo, baik yang lahir di Solo maupun yang bekerja di Solo, untuk sama-sama menjaga kondusivitas kembali. Bersama Pemerintah Kota, bersama TNI dan Polri, mari kita jaga. Karena kalau sudah terlanjur seperti dulu, kita semua yang susah. Dan susahnya tidak sehari dua hari,” ujarnya, Sabtu (30/8). Ia mengingatkan bahwa kerusakan gedung bukanlah dampak terberat. Yang lebih memukul adalah kerugian sosial dan ekonomi. “Kalau aksi ini meluas, dampaknya sangat luas. Bisa saja tempat kerja menjadi sasaran, lalu pekerja kehilangan pekerjaan. Ekonomi yang sedang sulit bisa makin terpuruk, dan kita akan menghadapi pengangguran lebih besar. Mereka yang melakukan anarkisme ini tidak memikirkan dampak jangka panjang. Karena itu kita, wong Solo, harus segera tanggap, segera sigap. Jangan biarkan Solo terjerumus ke kerusuhan,” tegasnya. Sebagai saksi hidup tragedi 1998, Sumartono mengaku tahu betul pahitnya luka yang ditinggalkan kerusuhan. “Recovery Solo itu puluhan tahun. Dulu investor tidak berani masuk. Dampaknya luas sekali. Sampai sekarang, trauma itu masih ada. Saya masih menerima banyak telepon dari luar kota yang menanyakan bagaimana kondisi Solo. Mereka khawatir dengan apa yang terjadi. Jadi mari wong Solo berkontribusi nyata menjaga kota ini tetap damai,” ucapnya. Lebih jauh, ia bahkan mengungkap sisi personal dari trauma yang belum hilang usai kejadian 98 pecah. “Banyak teman saya sampai sekarang masih tidur membawa pedang, karena takut sewaktu-waktu anarkisme meluas. Saya sendiri sampai pasang hidran di rumah karena trauma kejadian dulu. Itulah sebabnya saya mohon, jangan sampai Solo diizinkan kembali jatuh ke dalam kerusuhan,” imbuhnya. Sumber: jawapos