Hendropriyono Sentil Isu Pemakzulan Gibran: Yang Usul Ini Tanggung Jawabnya Apa Kalau Negeri Ini Hancur?

Hendropriyono Sentil Isu Pemakzulan Gibran: Yang Usul Ini Tanggung Jawabnya Apa Kalau Negeri Ini Hancur?

GELORA.CO - Isu pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali mencuat setelah Forum Purnawirawan Prajurit TNI (FPP TNI) melayangkan surat terbaru kepada DPR, MPR, dan DPD. Namun, eks Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) A.M. Hendropriyono mengingatkan agar wacana tersebut tidak menimbulkan kegaduhan politik yang justru bisa merugikan bangsa. “Itulah saya bilang. Kenapa mesti ribut terus-terusan. Kalau mau punya begitu-begitu emangnya nggak bisa kalau kita diam-diam saja kita kerja. Yang penting berhasil kalau memang mau punya tujuan sesuatu,” kata Hendropriyono usai bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, 28 Agustus 2025. Menurutnya, perdebatan terbuka terkait usulan pemakzulan bisa berimplikasi pada stabilitas pemerintahan. “Kalau ribut-ribut begitu jadinya pemerintah kita itu nanti saya takut terbawa. Karena pemerintah harus tanggung jawab kalau sampai salah. Yang usul-usul ini tanggung jawabnya apa? Kalau negeri hancur emang dia bilang ‘Saya nggak ngomong begitu’, padahal begitu kan,” tegasnya. FPP TNI kembali melayangkan surat dengan Nomor: 005/FPP-TNI/VIII/2025 tertanggal 19 Agustus 2025, yang ditandatangani empat tokoh purnawirawan TNI: Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, Marsekal TNI (Purn) Hanafie Asnan, Jenderal TNI (Purn) Tyasno Soedarto, dan Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto. Surat tersebut sudah diserahkan ke Sekretariat DPR-MPR pada 27 Agustus 2025 dan juga ditembuskan ke Presiden Prabowo Subianto serta para mantan wakil presiden, yakni Try Sutrisno, Jusuf Kalla, Boediono, dan KH Ma’ruf Amin. Sumber: rmol

Massa Demo Bentrok dengan Polisi di Sekitar GBK, Sejumlah Orang Ditangkap dan Dipukuli

Massa Demo Bentrok dengan Polisi di Sekitar GBK, Sejumlah Orang Ditangkap dan Dipukuli

GELORA.CO - Bentrokan antara massa demo dengan aparat kepolisian kembali pecah di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Arena, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (28/8/2025) sore. Bentrok berlangsung sejak sekitar pukul 17.25 WIB ketika massa yang semula mundur dari Jalan Gerbang Pemuda menuju Pintu Satu Senayan kembali berhadapan dengan aparat. Pengamatan Kompas.com di lokasi pada pukul 19.00 WIB, sejumlah massa yang terlibat bentrok ditangkap dan tampak mengalami pemukulan oleh aparat. Beberapa di antaranya bahkan terlihat tak sadarkan diri. Sejumlah anggota Brimob terdengar berteriak kepada massa yang ditangkap, “Mati enggak tuh,” tepat di tikungan menuju Jalan Patal Senayan. Massa yang ditangkap dibawa menggunakan sepeda motor polisi ke kawasan GBK Arena. Setelah diturunkan dekat mobil water canon, massa yang ditangkap kembali dipukuli secara bergantian dengan bambu dan helm oleh sejumlah oknum, salah satunya berseragam lengkap dengan helm bertuliskan "polisi". “Setelah digebukin, baru dibawa ke arah Jalan Tembak Senayan,” kata seorang saksi mata kepada Kompas.com. Dalam suasana ricuh tersebut, reporter Kompas.com yang merekam video insiden sempat ditegur seorang anggota Brimob. Anggota tersebut mengarahkan baton hitam sambil menanyakan asal media. “Ngapain divideo-video, enggak boleh,” ucap anggota Brimob itu. “Saya wartawan, Pak,” jawab reporter Kompas.com. “Kalau media juga ngapain,” balasnya sembari menunjuk dengan baton. Setelah itu, terlihat juga sejumlah media juga dilarang untuk mengambil foto maupun video di lokasi kejadian. Hingga berita ini ditayangkan, Kompas.com telah meminta keterangan resmi dari Humas Polda Metro Jaya terkait dugaan pemukulan terhadap massa yang ditangkap. Namun, belum ada tanggapan lebih lanjut dari pihak kepolisian mengenai insiden tersebut. Sebelumnya, kericuhan bermula ketika massa berlari ke arah polisi sambil menenteng bambu dan melempar batu. Aparat tak berseragam juga terlihat melempar batu balasan. Pasukan baris depan kepolisian membuat barikade menggunakan tameng. Mereka beberapa kali memukul-mukul tameng dengan baton secara bersamaan, memancing massa untuk maju. Sementara itu, massa melempar petasan dan menyalakan kembang api yang menimbulkan ledakan keras. Beberapa kali, bom molotov dilemparkan hingga membakar pos jaga di area GBK. Bentrokan berlangsung sekitar 20 menit. Kedua pihak saling maju mundur untuk melakukan serangan. Polisi tak berseragam juga terlihat menargetkan massa yang berada di barisan depan untuk kemudian ditangkap. Di waktu yang sama, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi menyatakan, pihaknya masih melakukan patroli dan pengamanan di sekitar lokasi. Menurut dia, aksi unjuk rasa sejak pagi hari sempat berlangsung kondusif hingga sore. Namun, ia menyebut ada pihak lain yang melakukan tindakan anarkis di luar kelompok mahasiswa dan buruh yang berunjuk rasa di depan DPR RI. “Ini pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, tidak ada koordinator lapangan, tidak ada struktur, langsung melakukan tindakan yang menyebabkan gangguan ketertiban,” kata Ade Ary dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com. Ia menuturkan, aparat menemukan sejumlah pelajar yang sempat terprovokasi untuk ikut dalam aksi. “Angkanya sekitar 276 pelajar, ada yang membawa anak panah, ada yang membawa botol untuk dilemparkan ke petugas,” ujarnya. Ade Ary menegaskan polisi masih mendalami identitas kelompok yang diduga melakukan provokasi hingga kericuhan pecah. Sumber: kompas