Ramalan Kiamat saat Natal 2025 Meleset, Ribuan Pengikut  ‘Nabi Nuh’ dari Ghana Sudah Naik Bahtera

Ramalan Kiamat saat Natal 2025 Meleset, Ribuan Pengikut ‘Nabi Nuh’ dari Ghana Sudah Naik Bahtera

GELORA.CO - Dunia maya tengah digemparkan oleh kemunculan seorang pria asal Ghana yang dikenal dengan sebutan Eboh Noah. Dilansir dari Instagram @monpeople_id, ia secara kontroversial mengklaim dirinya sebagai utusan Tuhan dan membawa pesan tentang datangnya hari akhir atau kiamat yang diprediksi akan jatuh pada tanggal 25 Desember 2025. Pernyataan ini sontak memicu beragam reaksi dari publik, mulai dari kecaman, kekhawatiran, hingga rasa penasaran yang mendalam mengenai dasar dari klaim ekstrem tersebut. Eboh Noah menyatakan bahwa ia telah menerima wahyu langsung dari Sang Pencipta yang menyebutkan bahwa dunia akan segera dibersihkan melalui sebuah bencana besar. Menurut keterangannya, kiamat tersebut tidak akan terjadi melalui api, melainkan melalui banjir bandang yang masif, menyerupai peristiwa besar yang dialami oleh Nabi Nuh dalam catatan sejarah kitab suci. Narasi ini sengaja dibangun untuk memberikan kesan urgensi dan kesucian bagi para pengikut setianya yang tersebar di wilayah tersebut. Sebagai langkah persiapan menghadapi bencana global tersebut, Eboh Noah memberikan instruksi spesifik kepada komunitasnya untuk segera membangun delapan buah bahtera besar. Ia mengeklaim bahwa kapal-kapal raksasa ini merupakan satu-satunya sarana keselamatan yang direstui oleh Tuhan. Bahtera ini nantinya akan digunakan untuk mengangkut keluarga-keluarga pilihan yang dianggap layak untuk bertahan hidup dan bertugas untuk mengisi kembali peradaban manusia setelah banjir surut di masa depan. Dampak dari doktrin ini sangatlah nyata dan cukup memprihatinkan, dilaporkan bahwa sejumlah pengikut setianya telah melakukan tindakan drastis dengan menjual seluruh harta benda yang mereka miliki, termasuk tanah, rumah, dan kendaraan. Hasil penjualan aset-aset tersebut kemudian diserahkan sepenuhnya kepada Eboh Noah dengan keyakinan bahwa kekayaan duniawi tidak lagi memiliki nilai di hadapan kiamat yang sudah sangat dekat, yang menurut perhitungan mereka hanya menyisakan hitungan hari. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan sosiolog dan pemuka agama lainnya, banyak pihak yang menilai bahwa ini adalah bentuk eksploitasi spiritual yang memanfaatkan ketakutan masyarakat akan masa depan. Penyerahan harta benda secara massal kepada satu sosok pemimpin dianggap sebagai indikator kuat adanya penyimpangan yang berpotensi merugikan masyarakat secara ekonomi maupun psikologis, terutama jika tanggal yang diramalkan berlalu tanpa terjadi kejadian apapun. Kini, perhatian masyarakat tertuju pada bagaimana situasi akan berkembang saat mendekati tanggal 25 Desember tersebut. Pihak berwenang setempat pun mulai memantau aktivitas kelompok ini guna mencegah terjadinya konflik sosial atau tindakan yang membahayakan nyawa para pengikutnya. Kasus Eboh Noah menjadi pengingat bagi publik akan pentingnya bersikap kritis terhadap klaim-klaim spiritual yang menuntut pengorbanan harta benda secara tidak wajar di bawah bayang-bayang ketakutan akan hari kiamat.(*)

Menurut BGN, Siswa yang Keluhkan Belatung di Menu MBG Kurang Bersyukur

Menurut BGN, Siswa yang Keluhkan Belatung di Menu MBG Kurang Bersyukur

GELORA.CO - BADAN Gizi Nasional (BGN) menilai tindakan siswa yang mengunggah persoalan menu makan bergizi gratis (MBG) ke media sosial mencerminkan sikap yang kurang bersyukur. Pemerintah meminta agar keluhan ihwal program tersebut disampaikan melalui jalur resmi, bukan dipublikasikan di platform digital. Dewan Pakar BGN Ikeu Tanziha mempertanyakan manfaat yang diperoleh siswa ketika memposting temuan buruk dalam menu MBG, seperti adanya belatung pada makanan. “Seperti tadi contoh ada belatung di menu MBG, apa untungnya buat anak?” kata Ikeu dalam diskusi MBG di Ruang Belajar Alex Tilaar, Jakarta Pusat, Selasa, 23 Desember 2025. Menurut Ikeu, unggahan semacam itu justru berpotensi membentuk karakter negatif pada anak. “Kami takutnya, itu malah membentuk jiwa tidak bersyukur dari anak-anak,” ujarnya. Ikeu meminta siswa yang menemukan masalah pada menu MBG segera melaporkannya kepada guru di sekolah. Ia menilai penyelesaian dapat dilakukan secara langsung tanpa perlu disebarluaskan di media sosial. “Misalnya soal ditemukan belatung tadi. Bilang ke guru. Nanti akhirnya ada solusi, oh diganti dengan yang ini. Sudah beres. Karena hanya satu yang ada belatungnya, kenapa mesti diposting?” kata dia. BGN juga mendorong masyarakat, termasuk wali murid, untuk menyampaikan pengaduan langsung kepada pemerintah. Saat ini, kata Ikeu, pemerintah bersama Kementerian Komunikasi dan Digital tengah menyiapkan sistem pengaduan terpadu agar laporan bisa disampaikan secara langsung. “Siapa pun nanti yang punya pulsa, tidak punya pulsa, bisa menelepon dan mengadukan. Kalau saat ini memang masih berbayar. Tapi sedang dibuat bagaimana orang yang menelepon itu nanti tagihannya masuk ke BGN,” ujarnya. Pernyataan Ikeu tersebut merespons pandangan Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Iman Zanatul Haeri. Iman menyebut banyak murid dan guru merasa tertekan sehingga enggan menyuarakan persoalan MBG secara terbuka. “Banyak anak takut untuk posting. Anak muridnya ditekan guru, guru ditekan sekolah. Sekolah mungkin ditekan oleh dinas pendidikan. Nah, dinas pendidikan tidak tahu saya siapa yang menekan,” kata Iman. Sumber: tempo